rohis 10
rohis 10
rohis 10

Rabu, 04 Maret 2009

Tebak berapa jumlah Kaki gajah




Selengkapnya »»

Selasa, 03 Maret 2009

Cinta Ibu Kepadaku

oleh : Fara (Original : karisma9.blogspot.com)

Jarum jam masih menunjukkan pukul tiga subuh, jalanan kota yang bertahtakan lampu terang masih terlihat sunyi. Tapi, tidak dengan keadaan gubukku, dapur yang masih beralaskan tanah tampak berantakkan. Sosok manusia yang memakai kain dan baju yang sudah lusuh terlihat sedang sibuk meremas-remas kelapa untuk diambil santannya. Aku sebagai anak tertua dikeluarga ini kadang memarahi diri sendiri. Kenapa sejak ayahku meninggal, aku tidak bisa menggantikan tugasnya. Justru harus ibu yang membanting tulang untuk menyekolahkan aku dan kedua adikku.
“Ibu ada satu hal yang
Indra inginkan bu !” ujarku sambil menggoreng kerupuk diatas tungku. “Apa itu Ndra? Ibu akan usahakan kalau itu penting “ sahut ibu
“Indra ingin berhenti sekolah bu, Indra tidak tega melihat kondisi kesehatan ibu yang semakin lama semakin memburuk”

Air mata ibu tiba-tiba saja jatuh . Walaupun ia sudah berusaha menyembunyikannya dan menghapusnya. Hatiku tersayat-sayat melihat keadaan itu.

”Ndra, lihat kedua adikmu itu ?” Tanya ibu
Mataku tertuju melihat pada dua orang gadis kecil yang sedang tertidur lelap di atas tikar butut.
“Ibu ingin, ketika ibu meninggal nanti kamu bisa membiayai hidup mereka” ujar ibu seraya memandang kedua gadis kecil itu.

“Tapi bu………..” Kata-kataku terputus ketika ibu memelukku
“Ibu mohon nak ….Ini demi ibu” mendengar kata itu aku tidak bisa berkata-kata lagi.

*****

Azan subuh mulai menggema. Setelah membangunkan Annisa dan Jannah-kedua adikku- aku bergegas mangambil air wudhu. Aku yang berperan menjadi imam dalam keluarga ini. Di dalam gubuk kecil di tengah kota yang terjepit oleh rumah – rumah gedong, dengan gagah aku memimpin salat ini.

Nasi uduk yang sudah dibuat oleh ibu aku susun di meja kecil depan gubukku. Ibu yang akan menjajakan nasi itu. Sedangkan aku, membawa beberapa nasi uduk yang telah dibungkus untuk dibawa ke sekolah. Yah, hasilnya lumayanlah. Semua uduk yang aku bawa Alhamdulillah selalu habis diserbu teman-temanku . Tidak pernah aku pungkiri, perbedaan status sosial memang sangat terlihat. Tetapi, seperti itu sebagian besar dari mereka tidak membedakan diriku dengan yang lainnya. Mereka sangat bersahabat, walaupun tidak semuanya.
“Assalamualikum Ndra” sapa Agus, temanku di Rohis.
“Walaikumusalam” sambut aku
“Kamu bawa nasi uduk hari ini ?” tanya Agus
“Eh iya………….. kamu mau beli ?” tanyaku sambil membuka plastik merah yang dari tadi aku tenteng.
“Iya………, aku bawa tujuh bungkus ya? untuk di kelasku” pinta Agus
“Baiklah, terima kasih ya Gus sudah mau membantuku “ ucapku sambil memberikan delapan bungkus uduk ke Agus. Aku begitu bersyukur kepada Allah karena memiliki teman-teman seperti Agus. Tapi sekali lagi, tidak semuanya. Masih ada beberapa sahabat yang masih menghina dan mengejekku.

”Eh Bob, lo tuh sebenernya mau sekolah apa dagangan siiich?” Ejek Shinta , salah satu dari mereka.
Walaupun bukan aku yang dipanggil, tetapi aku tahu ucapan itu sebenarnya tertuju padaku. Seorang pelajar yang setiap hari menenteng dua kantong plastik yang berisi nasi uduk.Tapi aku mencoba sabar mendengar tawa mereka yang semakin menggema. Aku lalui saja mereka dengan wajah tertunduk.
*****

Sudah hampir setahun aku melakukan kegiatan ini. Tetapi entah kenapa semakin lama aku terkalahkan juga oleh ejekan Shinta cs. Aku mulai merasa malu dan tidak bersyukur. Terlebih ketika aku mulai merasakan cinta kepada seorang gadis. Rasa gengsiku mulai terasa. Clara, seorang gadis yang cantik dan baik hati telah membagi cintaku kepada-Nya. Sekarang, aku tidak lagi selalu mengingat Allah, pikiranku mulai becabang. Aku mulai memikirkan Clara, apakah dia akan mencintaiku? Sementara aku pedagang nasi uduk. Dan aku sudah mulai malas menjajakan nasi buatan ibu. Aku mulai berpikir, kenapa disaat – saat remaja yang konon katanya indah malah aku habiskan untuk berjualan.”Memalukan! “ sesakku dalam hati
“Bu, aku ingin berhenti berjualan nasi uduk !!!!” ujarku pada ibu.

“Apa yang membuatmu ingin berhenti jualan nak?” tanya Ibu
“Aku malu Bu, setiap hari membawa uduk” jawabku
“Aku ini sekolah untuk belajar Bu, bukan untuk berjualan” Nadaku mulai meninggi, walaupun tertahan sesak di dada.
”Baiklah nak pabila itu mau kamu” Tukas ibu yang tersenyum di atas kesabarannya.

Mulai hari ini aku tidak membawa plastik merah yang biasanya aku bawa. Awalnya aku merasa tenang dan bahagia. Tetapi, lama – kelamaan pikiranku tak bisa terlepas ke ibu. Membayangkan ibu yang sedang berjualan nasi uduk. Setelah pukul 07.00 ibu membawa uduknya berkeliling. Tubuhnya yang sudah renta dipaksakan untuk berkeliling. Aku ingin cepat pulang dan bersujud pada ibu, meminta maaf atas perkataanku tadi pagi.
Tidak terasa mataku tergenang air. Ketika aku menyesali semua kesalahanku pada ibu, aku dikejutkan oleh kedatangan Pak Wardiman, tetanggaku yang selalu baik pada keluargaku. Aku kaget, dengan kedatangan seribu tanya memenuhi benakku.

“ Indra” Panggil Ibu Wina, guru matematika yang sedang belajar di depan kelas. Aku maju kedepan kelas. Dengan kode yang diberikan oleh Pak Wardiman, aku mulai mengerti dan keluar.
“Ada apa Pak?!” Tanyaku penasaran
“Nak Ndra ……………..ehm.. Ibu kamu…………. “ Kata-kata Pak Wardiman mulai terputus
“ Kenapa ibu saya, Pak?” tanyaku
“Ibu kamu tertabrak mobil dan meninggal dunia”. Entah apalagi yang aku rasakan mendengar kalimat itu. Rasanya aku ingin membenturkan kepalaku sekuatnya ke dinding. Ibuku.. meninggal ketika berkeliling menjajakan nasi uduk. Ibu…………….maafkan aku.


*****

Thanks to
1 Uduk akhwat yang ngasih inspirasi
Selengkapnya »»

Uluran Tangan

Oleh Ahmad Afixs. A
Kelas 8
------------------

Adakah temat di hatimu
Untuk mereka yang terlantar
Yang mengharapkan uluran tanganmu

Sudahkah kalian peduli
Dan menolong mereka

Menolong sasama yang menderita
Ingin dipuji oleh orang lain


Sekarang saatnya....
Kita menolong dan memberikan arti hidup bagi mereka
Agar keluar dari kesengsaraan

Selengkapnya »»

Arti Sahabat

Oleh Ahmad Afixs. A
Kelas 8
------------------

Awal pertemuan
Adalah kepercayaan
Yang sangat berarti

Jagalah kepercayaan itu
Seperti kamu menjaga
Kehormatan diri kamu

Anggaplah teman seperti saudara
Saat senanga kita berbagi
Disaat susah kita memberi

Di masa nanti tetaplah menjadi teman yang berarti
Karena teman adalah orang yanga sangat berarti untuk kita

Selengkapnya »»

Info Dari Markaz Besar Dakwah Sekolah

Kini hadir sebuah website khusus untuk para pelajar. hal ini diprakarsai oleh FORUM KERJA SAMA ALUMNI ROHIS (FKAR) bandar lampung. Yang isinya banyak memuat tentang pelajar sekolahan. oleh karena itu, untuk lebih jelas mengetahui isinya langsung saja kunjungi http://fkar.org